Aulia Syahrani Ndut
Senin, 02 Juli 2012
Praktek Jurusan Terbaru
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Membaca merupakan salah satu hobi yang baik untuk menambah ilmu pengetahuan kita. Mungkin bagi sebagian orang mudah untuk mendapatkan buku-buku yang berkualitas, tetapi bagi sebagian orang lagi hobi membaca menjadi terhambat karena untuk mendapatkan buku-buku yang bagus ternyata tidak mudah. Selain karena harga buku yang relatif lumayan mahal, juga sulit untuk mencari buku-buku tersebut. Akhirnya, hobi membaca pun pelan-pelan ditinggalkan.
Ilustrasi kondisi perpustakaan / TBM “Buku Jendela Dunia”
Berdasarkan kenyataan itu, beberapa orang yang memiliki rasa peduli terhadap hal ini kemudian mendirikan Taman Bacaan Masyarakat (TBM), yang merupakan salah satu program pendidikan dalam masyarakat yang berhubungan dengan program pemberantasan buta aksara. Program TBM sendiri telah dimulai sejak tahun 1992/1993. Kehadiran TBM merupakan pembaharuan dari Taman Pustaka Rakyat (TPR) yang didirikan oleh Pendidikan Masyarakat pada tahun lima puluhan. Dengan adanya program TBM diharapkan dapat mewujudkan masyarakat gemar belajar (learning society) dengan salah satu indikatornya masyarakat gemar membaca (reading society). Oleh karena itu, keberadaan TBM sangat penting sebagai sarana belajar masyarakat. Bagi mereka yang tidak lagi buta aksara, putus sekolah atau tamat sekolah tetapi tidak melanjutkan, perlu disediakan bahan bacaan agar dapat meningkatkan pengetahuan, keterampilan, dan memperluas wawasan sebagai bekal untuk mengembangkan diri, bekerja atau berusaha secara mandiri.
Berawal dari tugas kuliah untuk mencari satuan pendidikan non formal yang ada disekitar daerah Yogyakarta dan praktek di lembaga tersebut, penulis akhirnya tertarik untuk mencari informasi yang lebih banyak lagi tentang TBM, khususnya TBM yang ada di dusun Jarakan Sendang Rejo Kecamatan Minggir tepatnya Perpustakaan Karang Amurwo Resi.
Dari hasil kunjungan itu, hal pertama yang terfikir oleh penulis betapa mulianya niat para pengelola TBM ini. Mereka begitu peduli akan minat membaca masyarakat. Namun, melihat kondisi perpustakaan saat ini yang ternyata sudah jauh diabaikan, buku-buku dibiarkan berantakan, labeling buku satu persatu hilang, penataan buku menyebar, dan ruangannya pun kini beralih menjadi tempat pelatihan gamelan. Dulu ketika awal berdirinya perpustakaan begitu banyak masyarakat dari anak-anak, pemuda hingga orangtua minat dan berkunjung keperpustakaan, meski hanya sekedar membaca di tempat, bermain PS, melihat dan mengikuti pelatihan komputer.
Kondisi TBM yang seperti itu, membuat penulis tertarik untuk melakukan sebuah pembaharuan dan pembenahan baik dari segi pengelola, pengeloalaaan TBM, lembaga hingga pengembangan sdm. Berawal dari melakukan observasi dan banyak bertanya kepada pengelola TBM ‘need assesment‘ tentang latar belakang pendirian perpustakaan, tanggapan masyarakat, kondisi hingga harapan pengelola selama ini.
B. Analisis Lingkungan
Perpustakaan Karang Amurwo Resi merupakan perpustakaan desa yang tepat berada di Dusun Jarakan Sendangrejo Kecamatan Minggir, jauh dari tengah-tengah kota Sleman tetapi kepedulian masyarakat akan pentingnya membaca sangatlah tinggi. Terbukti dengan berdirinya Perpustakaan Desa tahun 2003 yang kini menjadi Taman Bacaan Masyarakat (TBM). “Dilatarbelakangi oleh kepedulian salah satu warga dusun yaitu bapak Suharsono yang memiliki jiwa sosial tinggi” kata mas Agus salah satu pengelola perpus.
TBM ini belum memiliki visi dan misi yang tertera secara tertulis, hanya sekedar lisan, namun perpustakaan ini bisa membuktikan bahwa mereka juga dapat bersaing dengan perpustakaan-perpustakan lain di kebupaten Sleman yang sudah jauh lebih dulu berdiri. Tahun 2004 perpustakaan Karang Amurwo Resi ini menjuarai perpustakaan terbaik tingkat Kabupaten Sleman, hal ini didukung dnegan telah terdaftarnya secra resmi di perpustakaan DIY. TBM ini juga memiliki pedoman operasional pelaksanaan meski tidak secara formal. Motto dari TBM ini sendiri yaitu ”dikelola oleh masyarakat dan dilaksanakan oleh pemuda”. Oleh karena itu peran serta pemuda sangat diunggulkan disini, semua jenis kegiatan yang ada di TBM selama beberapa tahun belakang dikelola oleh pemuda dan masyarakat pada umumnya menjadi donatur setia.
Pelan tapi pasti anak-anak itu mulai tertarik untuk membaca buku. “Selain anak-anak, ada juga ibu-ibu yang pinjam buku, biasanya buku resep masakan. Buku itu mereka bawa pulang dan besoknya dikembalikan, hingga bapak-bapak yang meminjam buku-buku pelatihan budidaya lele” tambah mas Dika (pengelola TBM). Dari hasil pengamatan penulis, yang banyak memanfaatkan TBM-TBM ini pada umumnya anak-anak dan bapak-bapak, ada juga mahasiswa dan warga sekitar. “Mereka rata-rata meminjam buku untuk dibawa pulang,” kata pak Heru pendamping TBM Karang Amurwo Resi. Seperti itulah gambaran kondisi dari pemaparan para pengelola TBM. Kumpulan-kumpulan buku yang ada di TBM sudah hampir berjumlah 4ribu buku, dari buku filsafat, pelajaran sd sampai sma, hingga buku-buku pelatihan dan budidaya. Namun, kini satu-persatu buku-buku itu ada beberapa yang hilang, dipinjam dan tidak dikembalikan, labelnya satu persatu buku lepas dll.
Kondisi TBM setelah ditinggal oleh pengurus harian
Kondisi ini berawal dari ditinggalnya TBM oleh dua pengelola sehari-hari yang biasa melayani peminjaman dan penjagaan, mereka yang tahu tentang semua seluk beluk keperpustakaan dari administrasi, labeling, katalog, hingga surat keluar. Meraka memutuskan untuk melanjutkan kuliah dan sejak itu perpustakaan tidak ada yang mengelola lagi, alih fungsi menjadi tempat pelatihan karawitan masyarakat sekitar. Minat baca masyarakat kini sudah mulai mengikis dan tergantikan dengan semakin menariknya acara-acara di televisi, anak-anak yang dulu sering mengunjungi perpustakaan kini lebih senang bermain PS. Selain itu juga, tradisi masyarakat di dusun yang masih cenderung kental, jauh lebih memilih melestarikan kebudayaan dibanding berjam-jam membaca.
Untuk mendirikan TBM tidaklah mudah, karena seorang pengelola TBM adalah orang yang benar-benar memiliki kesadaran dan tanggung jawab dalam memberikan layanan bahan pustaka. Selain itu pada awalnya mereka menggunakan modal sendiri. Ketika ditanya mengenai bantuan dana, mereka menjawab belum mendapat bantuan sama sekali . “selama ini kami mendapat bantuan dari salah satu masyarakat sini yang bekerja dipajak dan bea cukai mba”, kata mas Dika, pengelola TBM. “Namun, kami sudah pernah mendapatkan bantuan beberapa buku dari Pak Dukuh. Sedangkan bantuan dalam bentuk buku ada yang mendapatkannya dari Perpustakaan Daerah Yogyakarta sekitar buku”, sela mas Agus.
Itulah keadaan yang harus dihadapi oleh para pengelola TBM ini, mereka harus mencari cara agar TBM yang mereka kelola tetap berjalan. Hampir dua tahun kegiatan dan perpustakaan Karang Amurwo Resi ini terhenti dan tidak berjalan lagi, bahkan sekarang alih fungsi menjadi tempat gemelan. “Karena tidak adanya pengelola dan pemuda yang peduli, mereka kebanyakan setelah melanjutkan kuliah tidak mau mengurusi lagi, dengan alasan sudah sibuk dengan kegiatan kampus”, kata mas agus.
Perhatian dari pemerintah atau pun pihak swasta sangat diperlukan, mengingat tujuan membangun TBM adalah untuk meningkatkan pengetahuan masyarakat. Selain bantuan berupa dana, bantuan berupa buku-buku juga sangat diperlukan oleh TBM untuk menambah koleksi buku-buku mereka. Kondisi ini yang membuat penulis membuat beberapa rancangan program untuk menghidupkan kembali TBM yang sudah 2 tahun mati ini, untuk dikelola kembali oleh pemuda, dari pemuda dan untuk pemuda. Pemuda sebagai penerus yang bisa memberikan perubahan dan mengajak anak-anak kecil bahkan orang dewasa untuk ikut gemar membaca.
Struktur Kelembagaan Perpus
Pelindung : Sugijana
Darmaji
Penasehat : Drs. H Rubiono R, M.Pd
Sakti Subardjo SE
Ketua : Parjiana
Sekretaris : Armunanto, S.Pd
Paliyo
Petugas Harian : Dika Apriyanto
Budi Siswanto
C. Tujuan
Tujuan Program ini anatara lain:
1. Mengaktifkan kembali seluruh kegiatan dan aktivitas di TBM “Perpus Desa Karang Amurwo Resi”
2. Mendorong partisispasi dan kontribusi masyarakat dalam pengelolaan dan pemanfaatan TBM
3. Meningkatkan minat baca masyarakat terutama anak-anak dan pemuda
D. Program / Kegiatan
Ada beberapa rancangan program yang meliputi, pengembangan kelembagaan dan pengembangan sdm yang nantinya akan mengitegrasikan TBM dengan pusat pembelaran TPA, Komputer dan Karawitan. Mudah-mudahan program ini memberikan output dan input yang baik dan bermanfaat, TBM ini bisa terus aktif agar seluruh masyarakat tidak perlu bersusah payah mencari buku-buku bacaan.
Sasaran program ini adalah seluruh masyarakat pada umunya di dusun Jarakan, pemuda-pemudi dan anak-anak. Target yang ingin di capai dalan kegiatan ini adalah terserapnya tenaga pengelola TBM, pengurus harian dan meningkatnya minat baca masyarakat minimal 25%.
Uraian kegiatan dalam program ini, yaitu :
1. Pengembangan SDM: Diskusi bersama pemuda, membahas tentang keberlanjutan kegiatan dan pengelolaan TBM.
2. Pembenahan dan Pengelolaan TBM, Mengfokuskan pelayanan intern TBM dalam artian, menghidupkan dan memanajeman kembali pengelolaan TBM Amurwo Resi dengan memanfatkan pemuda-pemudi Sendangrejo.Contohnya, Mengklasifikasikan buku-buku, Membersihkan lingkungan TBM, Penataan rak buku, Menata ulang posisi rak, buku, meja baca, Mencatat beberapa buku yang belum terklasifikasikan, Mengumpulan buku-buku pengelola lama (katalog, peminjaman, surat keluar dan masuk, anggota dll), Manajemen pengelolaan TBM.
Kartu Peminjaman buku lama
3. Karawitan bersama pemuda dan anak-anak. Kegiatan ini merupakan salah satu cara untuk memanggil anak-anak agar berkunjung ke TBM. Konon katanya pengurus TBM, anak-anak akan satu persatu datang ketika terdengar suara-suara gamelan ditabuh bersahut-sahutan. (Mengakrabkan kembali anak-anak dengan TBM)
4. Pelatihan komputer, internet dan komponen komputer. Merupakan salah satu kegiatan yang bertujuan untuk memberikan pelatihan dan pengetahuan kepada para pemuda dan anak-anak untuk dapat mengoperasikan komputer, internet serta meminimalisir pengeluaraan dengan kursus diluar. Diharapkan pemuda-pemudi menjadi melek teknologi.
5. Membaca sambil belajar Alqur’an (TBM terintegrasi TPA). Kegiatan yang mengintegrasikan dua program yaitu TPA dan TBM. Sebagai suatu proses pendekatan pengurus untuk menarik anak-anak supaya mau berkunjung dan membaca di TBM. Kegiatan ini rutin dilakukan sampai saat ini yang dikelola oleh Mas Dika dan Mas Agus.
6. Media Informasi papan jadwal pelayanan dan “Pamflet”. Merupakan kegiatan pembuatan pamflet sebagai sarana informasi Untuk mempromosikan dan mengenalkan TBM kembali kemasyarakat yang lebih luas. Kegiatan dilakukan dengan pembuatan desain pamflet dan menyebar pamflet yang dibantu oleh Mas Dika dan Mas Agus sebagai pengurus TBM. Serta jadwal pelayanan untuk lebih mempermudah pemuda dalam mebagi waktunya antar berkunjung ke TBM dan belajar.
II. PELAKSANAAN KEGIATAN
A. Tahap Persiapan dan Perencanaan
Sebelum merencanakan dan memempersiapkan seluruh kegiatan yang akan dilaksanakan, hal pertama yang dilakukan adalah penyebarluasan informasi dengan memberikan surat izin praktek jurusan dari pihak Fakultas ke pengelola TBM dengan tujuan untuk mempermudah dalam kegiatan yangnantinya akan dilaksanakan. Kegiatan penyebarluasan informasi meliputi informasi mengenai dasar dan tujuan program, jadwal pelaksanaan, criteria manfaat kegiatan dan kerjasama kegiatan.
Pada tahap persiapan dan perencanaan beberapa kegiatan yang dilaksanakan meliputi metode, materi dan penanggungjawab kegiatan. Beberapa kegiatan yang akan dilaksanakan antara lain :
1. Uraian Kegiatan
a) Bidang Praktek : Pengembangan SDM
Nama program : Diskusi bersama pemuda
Sasaran : Pemuda-pemudi Jarakan
Tujuan : Membahas tentang keberlanjutan kegiatan dan pengelolaan TBM
Tempat : Di Ruang tengah TBM (Ruang Karawitan
Metode : Diskusi Besar
Waktu /Jadwal Kegiatan : 23 maret 2012
Materi :
Pengelolaan TBM
Manajeman TBM yang baik
b) Bidang Praktek : Pengembangan Kelembagaan
Nama program : Pembenahan dan Pengelolaan TBM
Sasaran : Pengelola TBM dan Pemuda-pemudi
Tujuan : Menghidupkan dan memanajeman kembali pengelolaan TBM Amurwo Resi dengan memanfatkan pemuda-pemudi Sendangrejo.
Metode : Praktek langsung
Waktu /Jadwal Kegiatan : 31 Maret dan 7 April ( 08.00-14.00 WIB)
Materi :
Mengklasifikasikan buku-buku
Membersihkan lingkungan TBM
Penataan rak buku
Menata ulang posisi rak, buku, meja baca
Mencatat beberapa buku yang belum terklasifikasikan
Mengumpulan buku-buku pengelola lama (katalog, peminjaman, surat keluar dan masuk, anggota dll)
Manajemen pengelolaan TBM
Persiapan dan Perancanaan yang dilakukan dalam Kegiatan pembenahan dan pengelolaan TBM kembali dan Diskusi bersama pemuda, beberapa persiapan yang dilakukan yaitu :
Melakukan observasi ke TBM langsung dan melihat situasi kondisi lembaga
Bertemu dengan pengelola dan pengurus TBM lama
Pertemuan dengan pemuda Jarakan dan melakukan diskusi
Menyiapkan alat-alat kebersihan
Mendesain ulang tata ruang TBM
Memindah-mindah posisi rak dan buku-buku
Kegiatan ini dilakukan adanya kerjasama antara penulis dan pengurus harian TBM.
c) Bidang Praktek : Pengembangan SDM
Karawitan bersama pemuda dan anak-anak, tidak menggunakan silabus karena kegiatan ini dilakukan secara spontan sebagai langkah awal mengundang anak-anak atau mengakrabkan kembali anak-anak dengan TBM. Meteri yang digunakan adalah Lagu-lagu karawitan seperti Tembang Pepeling dan Tembang Mayar.
Nama program : Karawitan bersama pemuda dan anak-anak
Sasaran : pemuda-pemudi dan anak-anak Jarakan
Tujuan : belajar bersama dan berlatih karawitan untuk mengundang masa agar berkunjung kembali ke TBM (mengakrabkan kembali anak-anak dengan TBM)
Metode : praktek langsung
Waktu /Jadwal Kegiatan : 07 April 2012 (14.00-16.00)
Materi :
Tembang Pepeling
Tembang Mayar
d) Bidang Praktek : Pengembangan Lembaga “Pamflet”
Nama program : Pembuatan papan jadwal pelayanan pamflet
Sasaran : Seluruh masyarakat Jarakan dan sekitarnya
Tujuan : Untuk mempromosikan dan mengenalkan TBM kembali kemasyarakat yang lebih luas.
Metode : praktek langsung
Waktu /Jadwal Kegiatan : 14 april 2012
Materi :
Desain pamflet
Kisi-kisi isi pamflet
Pembuatan Pamfet untuk promosi atau mengenalkan kembali ketengah-tengah mayarakat akan keberadaan TBM Karang Amurwo Resi, langkah persiapan yang dilakukan yaitu:
a. Sharing kepada pengurus TBM dengan
b. Mebuat kisi-kisi isi pamflet
c. Membuat rute penyebaran pamflet
e) Bidang Praktek : Pengembangan SDM “Komputerisasi”
Nama program : Pelatihan komputer, internet dan komponen komputer
Sasaran : pemuda-pemudi dan anak-anak Jarakan
Tujuan : memberikan pelatihan dan pengetahuan kepada para pemuda dan anak-anak untuk dapat mengoperasikan komputer, internet serta meminimalisir pengeluaraan dengan kursus diluar.
Metode : praktek langsung
Waktu /Jadwal Kegiatan : mulai minggu ke tiga bulan april (malam hari)
Materi :
Komponen komputer (ram, vga dll)
Microsoft word, PPT, exel dll
Pengenalan internat, blog, dll
Dalam kegiatan ini persiapan yang dilakukan untuk pelaksanaan antara lain:
Menyiapkan materi
a). Komponen komputer (ram, vga dll)
b). Microsoft word, PPt, exel dll
c). Pengenalan internat, blog, dll
Membuat silabus dan rpp pembelajaran
Membuat jadwal pelaksanaan pembelajaran
NST (Nara Sumber Teknis) yaitu, Mas Agus dan Mas Dika
f) Bidang Praktek : Pengembangan SDM (TBM terintegrasi TPA)
Nama program : Membaca sambil belajar Alqur’an (TBM terintegrasi TPA)
Sasaran : anak-anak TPA jarakan
Tujuan : untuk membiasakan anak-anak gemar membaca, mengunjungi TBM sambil TPA
Metode : praktek langsung
Waktu /Jadwal Kegiatan : minggu ketiga bulan April (rabu dan minggu 16.00-17.30)
Materi : Membaca Iqro, Alqur’an
NST : Pemuda
Persiapan yang dilakukan adalah dengan mendatangkan 18 pemuda dan pengajar TPA, membuat jadwal kegiatan dan mempersiapkan materi tiga (3) bulan kedepan. Materi yang dipersiapkana adalah Membaca Iqra dan Alqur’an, hafalan surat pendek dan membaca dan belajar bersama di TBM.
2. Bahan dan Alat
Beberapa alat dan bahan yang disediakan untuk melancarkan dan mempermudah terselenggaranya kegiatan praktek jurusan yaitu berupa beberapa materi kegiatan yang akan dilakukan,
Pembenahan dan pengelolaan TBM :
1. Katalog Buku
2. Desain ruang TBM dan manajemen
3. Buku inventaris
Papan pelayanan dan Pamflet :
1. Contoh pamflet dan desainnya
2. Buku kepengurusan TBM
Pelatihan pengoperasian komputer dan internet
1. Komputer
2. Komponen Komputer (ram,vga)
3. Modul pelatihan
TPA :
1. Buku Iqro dan Al-qur’an
2. Buku penilaian
3. Meja membaca
3. Media pembelajaran
Media yang digunakan dalam proses berlangsungnya kegiatan praktek jurusan: leptop, alat-alat karawitan, komputer 3, buku panduan/ modul, iqro dan alqur’an
B. Pelaksanaan Program Kegiatan TBM Karang Amurwo Resi Tempat Belajar Masyarakat “Yang Muda Yang Membangun”
1. Pendahuluan
Halaman depan TBM Karang Amurwo Resi
TBM Karang Amurwo Resi adalah sebuah tempat/ wadah yang didirikan dan dikelola baik masyarakat maupun pemerintah desa untuk memberikan akses layanan bahan bacaan bagi masyarakat sekitar sebagai sarana pembelajaran hidup dalam rangka peningkatan kualitas hidup masyarakat sekitar TBM.
Masyarakat secara umum semakin terdorong mengunjungi dan memanfaatkan sebagian waktunya untuk membaca, baik di TBM maupun meminjam buku untuk dibaca di rumah. Minat baca masyarakat meningkat Keterampilan membaca masyarakat meningkat, kebutuhan masyarakat akan informasi terpenuhi, keterampilan bekal hidup masyarakat meningkat.
Perubahan sedikit-demi sedikit mulai terjadi sejak berdirinya Perpustakaan Desa Jarakan ini, beberapa warga ada yang melakukan budidaya lele hingga belut setelah membaca buku pedoman ternak lele” kata mas agus. Tapi kondisi ini mulai ditinggalkan, dan minat baca masyarakat luntur. Tempatnya beralih fungsi menjadi tempat gamelan, buku-buku berserakan, meja berdebu dll. Untuk memulai kembali kondisi seperti dulu bukan sebuah proses yang mudah untuk dilakukan, melihat kebutuhan masyarakat bukan kepada membaca tetapi lebih kepada kesenian nantinya dapat mengahasilkan uang, misalnya karawitan.
Kondisi seperti itu membuat penulis sangat tertarik untuk memprogramkan sebuah kegiatan yang nantinya dapat menarik minat masyarakat kembali ke TBM. Kegiatan pembenahan dan pengelolaan TBM merupakan salah satu program yang dapat mendorong termenejemen kembali lembaga yang mulai ditinggalkan pengurus dan pengelolanya. Dengan progaram ini penulis berharap besar dapat membuat sebuah gebrakan awal dimana TMB terfungsikan kembali, termanejemen, minat baca serta kepedulian masyarakat kembali dengan memanfaatkan potensi pemuda sekitar yaitu Jarakan.
2. Kegiatan Inti
Kondisi rak dan buku-buku setelah hampir dua tahun tidak terfungsikan
Program pembenahan dan pengelolaan ulang TBM merupakan salah satu program awal sebagai sebuah gebrakan untuk menarik minat dan kepedulian masyarakat kembali akan adanya TBM, memenejemen ulang kepengurusan serta memanfaatkan potensi kepemudaan yang ada. Untuk memulai pembenahan ulang bukan sebuah kegiatan yang mudah untuk dilakukan jika hanya dikerjakan seorang diri, oleh karena itu untuk memulai kegiatan penulis melakukan sebuah pencarian data tentang kodisi TBM dan kepengurusannya saat ini, supaya dapat lebih mepermudah dalam menentukan langkah selanjutnya. Kegiatan ini penulis lakukan bekerjasama dengan mantan ketua pemuda mas Agus supaya dapat menarik para pemuda untuk ikut serta dalam kegiatan. Hal pertama yang dilakukan adalah kumpul bersama para pemuda membicarakan langkah seperti apa yang harus dilakukan untuk memulai pembenahan dan pengelolaan ulang TBM. Dan hasil akhir dari pertemuan itu bahwa pemuda setuju TBM Karang Amurwo Resi dihidupkan kembali dengan memenfaatkan pemuda.
Kondisi TBM dengan buku-buku yang masih berantakan
Pembenahan mulai dilakukan pada tanggal 31 maret dan berlanjut 7 april, kegiatan dimuali pukul 08.00 dengan mengundang para pemuda. Kegiatan pertama yaitu mengeluarkan semua buku-buku dari rak, mengklasifikasikan buku sesuai dengan penomoran dan tema buku. Sebagaian pemuda ada yang membersihakan lingkungan disekitar TBM, ada yang membersihkan rak-rak dan mengklasifikasikan buku. Kegiatan berlangsung dua hari karena buku-buku yang ada cukup banyak serta ada beberapa yang dibuang karena tidak menarik lagi untuk dibaca oleh anak-anak terutama. Kegiatan ini dipermudah dengan adanya buku katalogisasi sehingga ketika kami mengklasifikasikan sambil belajar dan membaca, secara tidak langsnung dari situ penulis dan beberapa pemuda menghafal kode-kodenya.
Pemilihan,dan penyusunan ulang buku-buku
Kegiatan dihari berikutnya penulis dengan beberapa pemuda mulai meletakkan buku-buku sesuai dengan klasifikasinya dirak-rak. Buku-buku notaris difungsikan kembali dan dilakukan pembenahan, kertas-kertas peminjaman dikumpulkan dan diselipkan dibagian belakang buku, buku surat keluar, cap stempel, struktur pengurus dan pengelola diperbaharui. Kegiatan ini menghabiskan waktu sekitar 6 jam, buku-buku telah tertata sesuai dengan tempatnya, ruangan rapi kembali, meja baca bersih, debu-debu hilang serta komputer dapat dinyalakan kembali sehingga TBM dapat terfungsikan kembali.
Kondisi rak dan buku-buku yang sudah tertata sesuai dengan temanya
Kondisi buku-buku yang sudah tersusun rapi ditempatnya
Kondisi ruang baca dan eja baca yang telah tertata rapi
Sekitar setengah jam setelah kegiatan ini selesei, penulis dan beberapa pemuda berlatih karawitan sambil beristirahat dan tanpa diminta satu persatu anak-anak kecil mulai berdatangan ke TBM, dengan bunyi-bunyi alat musik jawa ini mereka tertarik untuk berkunjung. Sisi positif dari kegiatan karawitan ini yaitu dapat mengundang masa, dalam artian anak-anak dan masyarakat untuk datang ke TBM dan melihat kondisi TBM yang telah bersih kembali memunculkan sebuah keinginan untuk membaca ditemani bermain alat musik jawa ini. Situasi ini membuat penulis memprogramkan kegiatan selanjutnya dimana TBM diintegrasikan dengan kegiatan karawitan, bermusik sambil membaca.
Karawitan bersama pemuda di sela-sela pembenahan TBM
Anak-anak mulai berdatangan mengikuti karawitan
Karwitan dibimbing langsung oleh Mas Agus beserta beberapa teman PLS
Program selanjutnya adalah diadakannya program pelatihan komputer, internet dan komponen komputer yang ditujuakan kepada para pemuda Jarakan. Bukan sebuah program kegiatan yang mudah untuk dilakukan mengingat kondisi satu computer ada yang mengalami kerusakan karena sudah lama tidak terfungsikan. Program pelatihan belum berjalan lancar karena Mas Agus dan Mas Dika sebai NSTnya sedang disibukkan dengan kegiatan kampus dan pekerjaannya sebagai juru foto. Tetapi, masalah modul dan bahan ajar telah mereka persiapkan sebelumnya, hanya tingggal menunggu pembagian waktu yang tepat.
Pelaksanaan program TBM yang terintegrasi TPA, berjalan sebagaimana jadwal program yang penulis buat. Tepat pada minggu ke-3 bulan April kegiatan membaca sambil belajar Alqur’an berjalan dengan baik. Kegiatan yang dilaksanakan setiap rabu dan minggu mulai pukul 16.00-17.30. Pengajarnya adalah para pemuda dan pemudi. Kegiatan awal dimulai dengan berkumpulnya anak-anak di Masjid Jarakan, di samping masjid ada ruang tersendiri yang digunakan untuk pembelajaran TPA, tetapi tidak menutup kemungkinan dua tiga pendidik ada di setiap sudut masjid yang nantinya beberapa muruid akan mendatanginya karena begitu banyak anak-anak yang mengikuti TPA setiap sorenya. Satu persatu anak-anak mengaji, mendapat nilai dari para pengajar dan bermain outdoor. Kegiatan belajar ALqur’an sambil membaca dilakukan pada minngu kedua setiap bulannya. Hal ini bertujuan untuk meningkatkan gemar membaca pada anak.
Program terakhir adalah pembuatan jadwal pelayanan atau kunjungan ke TBM serta pamflet dan menyabar luaskan ke seluruh masyarakat khusunya Jarakan dengan tujuan menunjukan eksistensi TBM kembali di tengah-tengah mereka. Desain dan program-program yang tertulis di dalam pemflet atas persetujuan pengurus harian dan beberapa pemuda. Di dalam program tersebut penulis menyelipkan program outboand bagi anak-anak TPA dan pemuda yang diadakan setiap dua bulan sekali. Program outboand ini belum dilakukan karena mengingat kesibukan para pemuda dengan sekolahnya sehingga penulis mengikuti waktu luang dari para pemuda. Kegiatan yang dirancang yaitu akan diadakannya lomba-lomba sederhana, permainan dan kerjasama.
Kondisi Komputer untuk pelatihan setiap malam minggu
Papan jadwal kunjungan /pelayanan TBM
Pamflet TBM, sebagai media menyebarluaskan informasi
3. Penutup
Strategi demi strategi dilakukan untuk menunjang perbaikan lembaga yang sudah hampir dua tahun belakangan mati dan tidak terfungsikan. Program dapat berjalan atas dasar kerjasama dengan masyarakat dan pemuda Jarakan. Kegiatan ini bertujuan untuk menghidupkan kembali TBM, kepengurusan dan pengelola. Berbagai kegiatan pengembangan sdm dilaksanakan bertujuan untuk lebih menghidupkan kegiatan-kegiatan didalam TBM dan mengintegrasikan TBM dengan kegiatan lain yang mendukung.
Diharapkan kedepannya nanti TBM Karang Amurwo Resi sebagai tempat belajar masyarakat, berbagai ilmu dapat ditemukan, bekerjasama, pengetahuan akan kebutuhan masyarakat dengan jalan terbuka kepada masyarakat sekitar, melibatkan masyarakat dalam kepengurusan dan pengelolaan, sosialisasi kepada masyarakat tentang nilai-nilai yang akan diusung oleh TBM serta adanya kordinasi, kerjasama dan pendekatan dnegan tokoh masyarakat.
III. HASIL YANG DICAPAI
Pada dasarnya hasil yang ingin dicapai yaitu TBM menjadi sebuah jawaban atas ketidaktahuan, ketidak berdayaan dan keaksaraan masyarakat dalam kehidupan sehari-hari dan lingkungan dimana dia berada. Dari yang tidak tahu menjadi tahu, dari yang tidak bisa membaca jadi mahir membaca, dari yang tidak bisa menjadi bisa, dari yang menganggur menjadi bekerja dll. Hasil yang dicapai baik secara kualitatif mauapun kuantitatif. Dari beberapa program yag sudah berjalan hasil yang dicapai sebagai berikut :
1. Persetujuan untuk keberlanjutan TBM dikelola pemuda dan reorganisasi.
2. TBM sudah dapat terkondisikan kembali, desain ruang, buku-buku sudah tertata rapi, meja membaca sudah tertata.
3. Tersedianya lemari inventaris untuk kartu-kartu peminjaman
4. Terbentuk kepengurusan dan pengelola baru
5. Beberapa anak-anak kecil sudah mulai berkunjung keperpustakaan dan membaca-baca disela-sela latihan karawitan
Kondisi ruang TBM dan baca setelah di lakukan pembenahan
Lemari tempat kartu-kartu peminjaman buku
IV. EVALUASI
Menurut Suharsimi (2009 : 290), evaluasi program adalah suatu rangkaian kegiatan yang dilakukan dengan sengaja untuk melihat tingkat kebehasilan program. Monitoring dan evaluasi yang akan dilakukan rencananya akan melibatkan seluruh pemuda baik yang masuk sebagai kepengurusan maupun pengelola selain itu dengan melibatkan masyarakat sekitar. Untuk melakukan evaluasi terlebih dahulu perlu menetapkan :
Indikator evaluasi
1. Tanggapan / respon orangtua dan masyarakat dengan dihidupkannya TBM kembali seperti apa
2. Kunjungan masyarakat dan anak-anak setiap harinya seperti apa
3. Seberapa minat anak-anak dan masyarakat dengan membaca
4. Kondisi buku-buku yang tersedia di TBM
Evaluasi tidak dapat dilakukan secara langsung tetapi tahap demi tahap, oleh karena itu untuk melakukan evaluasi dilakukan hampir satu minggu berjalan dengan melakukan observasi dan bertanya kepada mas Agus dan mas Dika sebagai pengelola tetap dan ternyata respon dan tanggapan masyarakat cukup baik, beberapa anak berkunjung ke TBM sambil berlatih karawitan. Oleh karena itu penulis merencanakan program selanjutnya dengan mengintegrasikan TBM dengan TPA, maksudnya bahwa ketika anak-anak sebelum memulai belajar alqur’an mereka dianjurkan untuk membaca.
V. KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
a. Kesimpulan
Satu program pendidikan sebagai tindak lanjut program pemerintah yang turut mendukung keberhasilan pembangunan dunia pendidikan adalah Adanya pengembangan Taman Bacaan Masyarakat (TBM). Pengembangan program yang mengacu pada Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, pasal 26 ayat (4),
“bahwa satuan pendidikan non formal terdiri atas lembaga kursus, lembaga pelatihan, kelompok belajar, pusat kegiatan belajar masyarakat, majelis taklim, serta satuan pendidikan yang sejenis”
Sehingga untuk menjadikan hal atau uraian yang tertulis di atas itu, apa yang mesti kita lihat dan kita pikirkan sebagai langkah penunjang agar kegiatan Taman Bacaan Masyarakat (TBM) ini terus terjaga dan menjadi suatu peminat baca yang terus meningkat agar bisa menjadikan diri mereka yang melek aksara, serta bagi mereka yang putus sekolah atau tamat sekolah tetapi tidak melanjutkan sebagai bekal untuk mengembangkan diri, bekerja atau berusaha secara mandiri dalam setiap aktivitas mereka dalam kehidupan di masyarakat. Hal ini tentunya harus memiliki dan dapat mengatur manajemen TBM yang mandiri dan berkelanjutan Organisasi dan Manajemen Taman Bacaan Masyarakat Sebagai usaha dalam mempermudah langkah kerja kegiatan TBM agar berjalan dengan lancar sesuai dengan harapan masyarakat. Masyarakat secara umum semakin terdorong mengunjungi dan memanfaatkan sebagian waktunya untuk membaca, baik di TBM maupun meminjam buku untuk dibaca di rumah.
b. Rekomendasi
Keberhasilan program pengembangan kelembagaan dan sdm pada TBM Karang Amurwo Resi tergantung pada perangkat yang menjadikan program ini berjalan lancar dan efisiensi. Perangkat tersebut adalah konsep kegaiatan, desain program dan pelaksana program.
Konsep Program
Program pembenahan dan pengelolaan TBM Karang Amurwo Resi adalah sebuah program untuk menghidupkan kembali TBM yang dua tahun terakhir tidak terfungsikan. Program yang paling sesuai untuk saat ini adalah yang bersifat meningkatkan minat dan kepedulian masyarakat utnuk membaca serta berkunjung ke TBM yang dikelola berdasarkan kebutuhan masyarakat.
Desain Program
Pada masa mendatang, perlu desain program yang bias memberikan manfaat bagi lembaga dan masyarakat yang menjamin keberlanjutan dari program itu sendiri. Dengan demikian program tersebut akan menjadi stimulan bagi program dan kegiatan-kegiatan yang berorientasi meningkatkan minat dan partisipasi pemuda.
VI. DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, Suharsimi. 2009. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan (Edisi Revisi). Jakarta : PT Bumi Aksara
Sisdiknas. Undang-undang Republik Indonesia No 20 Tahun 2003. Pasal 26 ayat 4.
http://www. Desy Desmalita.12986-taman-bacaan-masyarakat-.html, diakses 23 Mei 2012
Maaaf
Sesajak lara
untuk hati yang belum sempat terjamah Kasih Suci
Ada sebuah doa yang belum terjawab
Ada harapan tinggi akan sebuah kebahagiaan
Ada sesajak lagu yang sumbang
Ada kata salah dibalik guyonan
Ada kata maaf yang tak tersampaikan
Ada salah yang belum termaafkan
Ada rasa sesal tentang sebuah masa
Ada cobaah dibalik ketegaran
Ada sesak diantara tangis
Kalau saya memang salah siapapun yang pernah kenal saya
Maaf
Maaaf untuk kata saya
Maaf untuk keegoisan saya
Maaf untuk kesombongan saya
Maaf untuk lara yang tersemat di hati
Maaf untuk gengsi saya dan maaf untuk semua
Sabtu, 14 Januari 2012
volare...: hari saat gW mutusin buat posting
volare...: hari saat gW mutusin buat posting: *dan harus menunggu sekian minggu buat ngumpulin kesempatan, mood dan posisi nyaman buat kembali menulis. kapan gW terakhir posting? ~tutup ...
Kamis, 16 Juni 2011
TERSENYUMLAH DENGAN SENYUM INDAH DARI BIBIRmu YANG TAK BERGINCU.........................^_^
*ARTI SENYUMAN
Senyuman adalah sesuatu yang terindah bagi siapa saja yang mendapatkannya, karena senyum merupakan ekspresi dari hati atas kesenangan atau kegembiraan yang dirasakan sang pemilik senyum itu sendiri, akan tetapi terkadang sulit bagi kita untuk berbagi senyuman kepada orang yang tidak kita sukai, meskipun kita paksakan untuk tersenyum tapi biasanya orang akan berkomentar kok senyumnya kecut sih, tapi setidaknya ketika kita terseyum meskipun kecut kita telah bisa berbuat yang terbaik untuk diri kita sendiri dengan cara membuang energi negatif yang sedang menaungi perasaan pada waktu itu.
Meskipun kita sedang menghadapi masalah seberat apapun dalam hidup ini, dengan sebuah senyuman dan keyakinan akan bisa mengurangi beban dalam pikiran atau perasaan kita, Semua orang punya masalah tapi cara penyelesaiannya yang berbeda tentunya hasilnya pun akan berbeda . Seberat apapun masalah dalam hidup ini apabila kita hadapi dengan senyuman secara psikologis beban itu telah terkurangi.
*10 Keindahan Senyuman
1. Senyum membuat Anda lebih menarik.
Orang yg byk tersenyum memiliki daya tarik. ( bener banget lo)
Orang yg suka tersenyum membuat perasaan orang disekitarnya nyaman dan senang.
Orang yg selalu merengut, cemburut, mengerutkan kening, dan menyeringai membuat orang-orang disekeliling tidak nyaman..
Dipastikan orang yg byk tersenyum memiliki byk teman.
2. Senyum mengubah perasaan
Jika Anda sedang sedih, cobalah tersenyum.
Senyuman akan membuat perasaan menjadi lebih baik.
Menurut penelitian, senyum bisa memperdayai tubuh sehingga perasaan berubah..
3. Senyum menular
Ketika seseorang tersenyum, ia akan membuat suasana menjadi lebih riang.
Orang disekitar Anda pasti akan ikut tersenyum dan merasa lebih bahagia
4. Senyum menghilangkan stres
Stres bisa terlihat di wajah.
Senyuman bisa menghilangkan mimik lelah, bosan, dan sedih.
Ketika anda stres,ambil waktu untuk tersenyum.
Senyuman akan mengurangi stres dan membuat pikiran lebih jernih.
5. Senyum meningkatkan imunitas.
Senyum membuat sistem imun bekerja lebih baik.
Fungsi imun tubuh bekerja maksimal saat seseorang merasa rileks.
Menurut penelitian, flu dan batuk bisa hilang dengan senyum.
6. Senyum menurunkan tekanan darah
Tidak percaya? Coba Anda mencatat tekanan darah saat anda tidak tersenyum dan catat lagi tekanan darah saat anda tersenyum saat diperiksa.
Tekanan darah saat Anda tersenyum pasti lebih rendah.
7. Senyum melepas endorphin, pemati rasa alamiah, dan serotonin
Senyum ibarat obat alami.
Senyum bisa menghasilkan endorphin,pemati rasa alamiah, dan serotonin.
Ketiganya adalah hormon yg bisa mengendalikan rasa sakit.
8. Senyum membuat awet muda
Senyuman menggerakkan banyak otot .
Akibatnya otot wajah terlatih sehingga anda tidak perlu melakukan face lift.
Dijamin dengan byk tersenyum Anda akan terlihat lebih awet muda.
9. Senyum membuat Anda kelihatan sukses
Orang yg tersenyum terlihat lebih percaya diri,terkenal, dan bisa diandalkan.
Pasang senyum saat rapat atau bertemu dengan klien.
Pasti kolega Anda akan melihat Anda lebih baik.
10. Senyum membuat orang berpikir positif.
Coba lakukan ini : pikirkan hal buruk sambil tersenyum. Pasti susah.
Penyebabnya, ketika Anda tersenyum,tubuh mengirim sinyal “hidup adalah baik”.
Sehingga saat tersenyum, tubuh menerimanya sebagai anugerah
Senyuman adalah sesuatu yang terindah bagi siapa saja yang mendapatkannya, karena senyum merupakan ekspresi dari hati atas kesenangan atau kegembiraan yang dirasakan sang pemilik senyum itu sendiri, akan tetapi terkadang sulit bagi kita untuk berbagi senyuman kepada orang yang tidak kita sukai, meskipun kita paksakan untuk tersenyum tapi biasanya orang akan berkomentar kok senyumnya kecut sih, tapi setidaknya ketika kita terseyum meskipun kecut kita telah bisa berbuat yang terbaik untuk diri kita sendiri dengan cara membuang energi negatif yang sedang menaungi perasaan pada waktu itu.
Meskipun kita sedang menghadapi masalah seberat apapun dalam hidup ini, dengan sebuah senyuman dan keyakinan akan bisa mengurangi beban dalam pikiran atau perasaan kita, Semua orang punya masalah tapi cara penyelesaiannya yang berbeda tentunya hasilnya pun akan berbeda . Seberat apapun masalah dalam hidup ini apabila kita hadapi dengan senyuman secara psikologis beban itu telah terkurangi.
*10 Keindahan Senyuman
1. Senyum membuat Anda lebih menarik.
Orang yg byk tersenyum memiliki daya tarik. ( bener banget lo)
Orang yg suka tersenyum membuat perasaan orang disekitarnya nyaman dan senang.
Orang yg selalu merengut, cemburut, mengerutkan kening, dan menyeringai membuat orang-orang disekeliling tidak nyaman..
Dipastikan orang yg byk tersenyum memiliki byk teman.
2. Senyum mengubah perasaan
Jika Anda sedang sedih, cobalah tersenyum.
Senyuman akan membuat perasaan menjadi lebih baik.
Menurut penelitian, senyum bisa memperdayai tubuh sehingga perasaan berubah..
3. Senyum menular
Ketika seseorang tersenyum, ia akan membuat suasana menjadi lebih riang.
Orang disekitar Anda pasti akan ikut tersenyum dan merasa lebih bahagia
4. Senyum menghilangkan stres
Stres bisa terlihat di wajah.
Senyuman bisa menghilangkan mimik lelah, bosan, dan sedih.
Ketika anda stres,ambil waktu untuk tersenyum.
Senyuman akan mengurangi stres dan membuat pikiran lebih jernih.
5. Senyum meningkatkan imunitas.
Senyum membuat sistem imun bekerja lebih baik.
Fungsi imun tubuh bekerja maksimal saat seseorang merasa rileks.
Menurut penelitian, flu dan batuk bisa hilang dengan senyum.
6. Senyum menurunkan tekanan darah
Tidak percaya? Coba Anda mencatat tekanan darah saat anda tidak tersenyum dan catat lagi tekanan darah saat anda tersenyum saat diperiksa.
Tekanan darah saat Anda tersenyum pasti lebih rendah.
7. Senyum melepas endorphin, pemati rasa alamiah, dan serotonin
Senyum ibarat obat alami.
Senyum bisa menghasilkan endorphin,pemati rasa alamiah, dan serotonin.
Ketiganya adalah hormon yg bisa mengendalikan rasa sakit.
8. Senyum membuat awet muda
Senyuman menggerakkan banyak otot .
Akibatnya otot wajah terlatih sehingga anda tidak perlu melakukan face lift.
Dijamin dengan byk tersenyum Anda akan terlihat lebih awet muda.
9. Senyum membuat Anda kelihatan sukses
Orang yg tersenyum terlihat lebih percaya diri,terkenal, dan bisa diandalkan.
Pasang senyum saat rapat atau bertemu dengan klien.
Pasti kolega Anda akan melihat Anda lebih baik.
10. Senyum membuat orang berpikir positif.
Coba lakukan ini : pikirkan hal buruk sambil tersenyum. Pasti susah.
Penyebabnya, ketika Anda tersenyum,tubuh mengirim sinyal “hidup adalah baik”.
Sehingga saat tersenyum, tubuh menerimanya sebagai anugerah
anak PLS Belajar Pragmatik ?????
saya mahasiswa PLS FIP
tapi saya belajar banyak tentang sastra, tentang bahasa. dari belajar sendiri (otodidak)sampai karena saking tidak tahunya minta dengan tampang lagak Oon (yahh mungkin aslinya mungkin bloon)dijelasi sama si dy yang kadang tidak mau disebutkan namanya..... heE :-) maaf Mz,,
suatu ketika saya mendapat tawaran bagaimana kalau kamu aku mintai tolong buatkan makalah tentang penelitian pragmatik
dann
taraaa tarara..........
beginilah hasilnya
seorang masiswa PENDIDIKAN LUAR SEKOLAH yang mencoba Peruntungan di Bidang Bahasa.
maaf jikalau tidak bagus dan kurang baik. namanya saja baru belajar.
heE
PENERAPAN PRAGMATIK DALAM MASAYARAKAT
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Manusia dilahirkan di dalam dunia sosial di mana mereka harus bergaul dengan manusia lain yang di sekitarnya. Sejak awal hidupnya dia sudah bergaul sosial dengan terdekat, meskipun bentuk masih satu arah-orang tua berbicara, dan bayi hanya mendengarnya saja. Dalam perkembangan hidup selanjutnya, dia mulai memperoleh bahasa setapak demi setapak. Pada saat yang sama, dia juga sudah dibawa ke dalam kehidupan sosial di mana terdapat rambu-rambu perilaku kehidupan. Rambu-rambu ini diperlukan karena meskipun manusia itu dilahirkan bebas, tetap saja dia harus hidup bermasyarakat. Ini berarti bahwa dia harus pula menguasai norma-norma sosial budaya yang berlaku dalam masyarakat tersebut. Sebagian dari norma-norma ini tertanam dalam bahasa sehinngga kempetensi anak tidak hanya terbatas pada apa yang dinamakan pemakaian bahasa (language usage) tetapi juga penggunaan bahasa (language use). Dengan kata lain, anak harus pula menguasai kemampuan pragmatik.
Suatu informasi pada dasarnya mensyaratkan kecukupan (sufficient) dalam struktur internal informasi itu sendiri sehingga orang yang diajak komunikasi dapat memahami pesan dengan tepat. Persoalan akan muncul, bagaimana jika informasi itu hanya dapat dipahami dari konteksnya. Deiksis adalah istilah yang digunakan untuk menunjukkan keniscayaan hadirnya acuan ini dalam suatu informasi. Menariknya, meski deiksis ini erat kaitannya dengan konteks berbahasa, namun tidak masuk dalam kajian pragmatik karena sifatnya yang teramat penting dalam memahami makna semantik. Dengan kata lain deiksis merupakan ikhtiar pragmatik untuk memahami makna semantik.
Dalam komunikasi, satu maksud atau satu fungsi dapat diungkapkan dengan berbagai bentuk/struktur. Untuk maksud “menyuruh” orang lain, penutur dapat mengungkapkannya dengan kalimat imperatif, kalimat deklaratif, atau bahkan dengan kalimat interogatif. Dengan demikian, pragmatik lebih cenderung ke fungsionalisme daripada ke formalisme. Pragmatik berbeda dengan semantik dalam hal pragmatik mengkaji maksud ujaran dengan satuan analisisnya berupa tindak tutur (speech act), sedangkan semantik menelaah makna satuan lingual (kata atau kalimat) dengan satuan analisisnya berupa arti atau makna.
Kajian pragmatik lebih menitikberatkan pada ilokusi dan perlokusi daripada lokusi sebab di dalam ilokusi terdapat daya ujaran (maksud dan fungsi tuturan), perlokusi berarti terjadi tindakan sebagai akibat dari daya ujaran tersebut. Sementara itu, di dalam lokusi belum terlihat adanya fungsi ujaran, yang ada barulah makna kata/kalimat yang diujarkan. Berbagai tindak tutur (TT) yang terjadi di masyarakat, baik TT representatif, direktif, ekspresif, komisif, dan deklaratif, TT langsung dan tidak langsung, maupun TT harafiah dan tidak harafiah, atau kombinasi dari dua/lebih TT tersebut, merupakan bahan sekaligus fenomena yang sangat menarik untuk dikaji secara pragmatis
B. Rumusan masalah
1. Apa pengertian pragmatik itu?
2. Apa fungsi dari pragmatik?
3. Bagaimana penerapan pragmatik dalam masyarakat sosial?
C. Tujuan Penulisan
Berdasarkan latar belakang serta rumusan masalah di atas tujuan yang diharapkan yaitu, dapat mengetahui apa itu pragmatik, bagaiman funsi serta penerapannya dalam masyarakat sosial.
D. Manfaat Penulisan
Bagi mahasiswa jurusan Sastra Indonesia,
1. Makalah ini dapat digunakan sebagai referensi atau bahan penunjang kegiatan perkulliahan.
2. Makalah ini dapat mambantu kesulitan mahasiswa dalam menemukan referensi yang tepat mengenai kajian Pragmatik.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Kajian Teori
Penelitian ini disebut sebagai penelitian sosiopragmatik karena yang dikaji adalah penggunaan bahasa (language use, bukan language usage) di dalam sebuah masyarakat budaya di dalam situasi sosial tertentu. Seperti yang dikatakan Leech ( 1983: ( dalam Deborah 332-333)), sosiopragmatik itu adalah satu dari dua sisi pragmatik, yang sisi lainnya adalah pragmalinguistik. Yang pertama itu berhubungan dengan sosiologi dan yang kedua (pragmalinguistik) berhubungan dengan tata bahasa (grammar), dengan c^tatan bahwa pengertian grammar di sini adalah seperti yang dipakai di dalam paradigma
linguistik generatif transformasional (yaitu, meliputi fonologi dan semantic juga), bukan seperti yang dipakai di dalam paradigma linguistik struktural (yaitu, terbatas pada morfologi dan sintaksis saja).
Istilah "pragmatik" sendiri, sebagai bidang kajian di dalam ilmu linguistik, diberi batasan yang berbeda-beda oleh pakar-pakar linguistik. Namun, dari batasan-batasan yang berbeda-beda itu dapat ditelusuri adanya dua tradisi pragmatik, yaitu tradisi Anglo-Amerika dan tradisi kontinental (Levinson 1983:5). Yang pertama itu lebih terbatas dan lebih erat kaitannya dengan apa yang secara tradisional menjadi bidang kajian linguistik seperti struktur kalimat dan tata bahasa. Yang kontinental itu lebih luas dan meliputi analisis wacana, etnografi komunikasi, beberapa aspek psikolinguistik dan bahkan kajian tentang kata sapaan (Fasold 1984:119). Bagaimana pun, salah satu batasan pragmatik yang berterima oleh para pengikut kedua tradisi itu adalah bahwa bidang ini adalah bidang di dalam linguistic yang mengkaji maksud ujaran, bukan makna kalimat yang diujarkan itu. Makna kalimat dikaji di dalam semantik, sedangkan maksud atau daya (force) ujaran dikaji di dalam pragmatik. Sebagai contoh, bahwa kalimat Saudara daftar berbahasa Belanda? bermakna penanya ingin tahu apakah yang ditanya itu mempunyai kemampuan berbahasa Belanda, ini adalah bidang semantik. Bahwa ujaran "Saudara dapat berbahasa Bela'nda?" itu dimaksudkan oleh si penanya sebagai permintaan untuk menerjemahkan sebuah kata bahasa Belanda, misalnya, ini adalah bidang pragmatik.
Pragmatik antara lain memang mempelajari maksud ujaran atau daya (force) ujaran. Kita juga dapat mengatakan bahwa pragmatic juga mempelajari fungsi ujaran: untuk apa suatu ujaran dibuat atau dilakukan. Atau dasar ini dapat kita katakan bahwa pragmatik itu termasuk ke dalam fungsionalisme di dalam linguisik. Seperti yang disebutkan sebelumnya, satuan analisisnya bukanlah kalimat (karena kalimat adalah satuan tata bahasa), melainkan tindak ujaran atau tindak tutur (speech act). Sebagaimana tindak ujaran bukan kalimat, ia juga tidak persis sama dengan ujaran. Dengan satu ujaran' "Saya haus" misalnya, sebenarnya kita melakukan dua tindak ujaran, yaitu memberitahu dan meminta.
Di dalam hal ini kita tidak memasalahkan maksud atau fungsi ujaran yang merupakan perpanjangan atau perluasan dari makna harfiah itu.Jadi, kalau dengan mengujarkan '"Saya haus" seseorang mengartikan "saya" sebagai orang pertama tunggal (yaitu si penutur), dan "haus" sebagai mengacu ke "tenggorokan kering dan perlu dibasahi", tanpa bermaksud untuk minta minum, misalnya, orang ini dikatakan melakukan lokusi. Mungkin saja orang itu sekadar mengujarkan sebuah baris dari sebuah puisi atau nyanyian. Sekadar tambahan, jika seandainya orang itu mengatakan "Haya saus", misalnya, ia tidak dapat dikatakan melakukan lokusi (setidak-tidaknya di dalam bahasa Indonesia) karena yang ia katakan itu tidak bermakna. Yang kedua, tindak ilokusioner atau ilokusi, adalah tindak melakukan sesuatu. Di sini kita berbicara tentang maksud, fungsi atau daya ujaran yang bersangkutan, dan bertanya "Untuk apa ujaran itu dilakukan?"Jadi, "Saya haus" yang dimaksudkan untuk minta minum adalah sebuah tindak ilokusioner (atau ilokusi). Yang ketiga, tindak perlokusioner atau perlokusi, menurut Austin mengacu ke efek yang dihasilkan penutur dengan mengatakan sesuatu.
Di sinilah ketakjelasan rumusan Austin itu. Lokusi dan ilokusi dikatakan sebagai tindak (act), sedangkan perlokusi dikatakan sebagai efek. Jika dikatakan bahwa perlokusi adalah tindak melakukan sesuatu dengan mengatakan sesuatu (Leech 1983:199), ini pun agak rancu dengan batasan ilokusi di atas karena bedanya hanyalah terletak pada dalam mengatakan sesuatu dan dengan mengatakan sesuatu. Sekadar untuk membedakan kedua jenis tindak tutur ini, ada kata-kata kerja yang menunjukkan bahwa tindak tuturnya dalah ilokusi (misalnya melaporkan, mengumumkan, bertanya, menyarankan, berterima kasih dan sebagainya) dan ada verba yang menunjukkan bahwa tindak ujarannya adalah perlokusi (misalnya membujuk, menipi, membuat jengkel, menakut-nakuti dan sebagainya). Masalahnya adalah bahwa ada verba yang tidak menunjukkan dengan jelas apakah tindak ujarannya: ilokusi ataukah perlokusi. Ujaran "Saya haus" di atas, misalnya dapat juga berfungsi sebagai perlokusi.jika diucapkan oleh penculik anak, misalnya, untuk untuk menakut-nakuti anak kecil yang diculik setelah sebelumnya diberitahu bahwa jika dan bila haus, si penculik itu selalu minum darah. Satu petunjuk bahwa tindak ujaran itu adalah perlokusi ialah adanya efek dari tindak ujaran itu, yaitu bahwa di anak menjadi takut. Barangkali jika dikatakan bahwa perlokusi adalah tindak tutur yang dilakukan si penutur untuk menimbulkan efek (di benak interlokutor) dengan mengatakan sesuatu, pengertian perlokusi lebih mudah dibedakan dari pengertian ilokusi.
Yang penting disebutkan sehubungan dengan pengertian tindak ujaran atau tindak tutur itu adalah bahwa ujaran (entah berapa jumlahnya) dapat dikategorikan, seperti yang diutarakan oleh Searle (1975), menjadi lima jenis:
(1) respresentatif (kadang-kadang disebut asertif), yaitu tindak tutur yang mengikat penuturnya kepada kebenaran atas apa yang dikatakannya (misalnya: menyatakan, melaporkan, menunjukkan, menyebutkan);
(2) Direktif, yaitu tindak ujaran yang dilakukan penuturnya dengan maksud agar si pendengar melakukan tindakan yang disebutkan di dalam ujaran itu (misalnya: men)'uruh, memohon, menuntut, menyarankan, menantang)
(3) ekspresif, yaitu tindak ujaran yang dilakukan dengan maksud agar ujarannya diartikan sebagai evaluasi tentang hal yang disebutkan di dalam ujaran itu (misalnya: memuji, mengucapkan terima kasih, mengkritik, mengeluh) ;
(4) komisif, yaitu tindak ujaran yang mengikat penuturnya untuk melaksanakan apa yang disebutkan di dalam ujarannya (misalnya: berjanji, bersumpah, mengancam); dan
(5) deklarasi (bukan deklaratif), yaitu tindak ujaran yang dilakukan si penutur dengan maksud untuk menciptakan hal (status, keadaan, dan sebagainya) yangbaru (misalnya: memutuskan, membatalkan, melarang, mengizinkan, memberi maaf).
B. Pembahasan
1. Pengertian Pragmatik
Pragmatik adalah ancangan wacana yang menguraiakan tiga konsep (makna, konteks, dan komunikasi) yang sangat luas dan rumit. (Deborah S, 2007 : 268 ). Tidak heran bahwa lingkup pragmatik yang begitu liuas, sehingga pragmatik mengahadapi banyak dilema yang serupa dengan yang dihadapi oleh analisis wacana. Istilah pragmatik pertama-tama digunakan oleh filosof kenamaan Charles Morris (1938: (dalam Deborah 2007: 269)). Filosof ini memang mempunyai perhatian besar terhadap ilmu yang mempelajari system tanda (semiotik). Dalam semiotik ini, dia membedakan tiga konsep dasar yaitu sintaktik, semantik, dan pragmatik. Sintaktik mempelajari hubungan formal antara tanda-tanda. Semantik mempelajari hubungan antara tanda dengan objek. Pragmatik mengkaji hubungan antara tanda dengan penafsir (interpreters). Tanda-tanda yang dimaksud di sini adalah tanda-tanda bahasa bukan yang lain. Berbeda dengan Charles Morris, Carnap (1938) seseorang filosof dan ahli logika menjelaskan bahwa pragmatik mempelajari konsep-konsep abstrak tertentu yang menunjukkan pada agents. Dengan perkataan lain, pragmatic mempelajari hubungan konsep yang merupakan tanda dengan pemakai tanda tersebut. Selanjutnya, ahli lainkan Montague mengatakan bahwa pragmatic adalah Studi yang mempelajari idexical atau deictic. Dalam pegertian yang terakhir ini, pragmatic berkaitan dengan teori rujukan/deiksis, yaitu pemakaian bahasa yang menunjuk pada rujukan tertentu menurut pemakainya.
Levinson (1983) dalam bukunya yang berjudul Pragmatics, memberikan beberapa batasan tentang pragmatik. Beberapa batasan yang dikemukakan Levinson antara lain mengatakan bahwa pragmatik adalah kajian hubungan antara bahasa dan konteks yang mendasari penjelasan pengertian bahasa. Dalam batasan ini berarti untuk memahami pemakaian bahasa kita dituntut memahami pula konteks yang mewadahi pemakaian bahasa tersebut. Batasan lain yang dikemukakan Levinson mengatakan bahwa pragmatik adalah kajian tentang kemampuan pemakai bahasa untuk mengaitkan kalimat-kalimat dengan konteks yang sesuai bagi kalimat-kalimat itu.
Pragmatik berhubungan dengan pemahaman terhadap hal-hal di luar bahasa (Kushartanti 2009 : 105). Di dalam suatu interaksi verbal akan menjadi janggal jika pembicara dan lawan bicara tidak mengungkapkan hal yang selaras atau sesuai konteks.
2. Fungsi Pragmatik
Fungsi dari pragmatik adalah memahami hal-hal di luar bahasa yaitu membantu kita dalam mengamati bahasa untuk memahami posisi sosial. Namun, hal-hal yang dibicarakan tersebut berhubungan dengan hal-hal di dalam bahasa. Pragmatik juga berkaitan erat dengan makna. Pragmatik dapat membantu memecahkan problem interpretasi tuturan yang bergantung pada penilaian kontribusi dari berbagi jenis konteks untuk penginterpretasian tersebut. Pragmatik juga berfungsi untuk mengaitkan kalimat-kalimat dengan konteks yang sesuai sehingga kalimat-¬kalimat tersebut dapat dimaknai. Pragmatik mengkaji makna ujaran yang terkomunikasikan atau dikomunikasikan.
3. Penerapan Pragmatik dalam masyarakat sosial
Dari fungsi pragmatik sendiri dapat kita tarik simpulan bahwa ilmu pragmatik
adalah sebuah terapan untuk memaknai suatu hal secara harfiah. Pragmatik dimaksudkan menjadi sebuah sarana tak tertulis untuk berkomunikasi dalam masayarakat sosial. Hal tersebut ditujukan agar masyarakat lebih memahami tentang apa yang dipaparkan oleh pelaku tutur kepada lawan tutur. Ada banyak hal yang berkaitan dengan penelitian pragmatik diantaranya, iklan (sebagai penelitian tertulis), bahasa dalam keluarga dan bahasa yang digunakan oleh masyarakat.
Contoh : a. . iklan di lepi tugas mamaz
b. menganalisis percakapan dalam keluarga
Dalam sebuah keluarga yang memiliki komunikasi yang kurang ternyata membuat anak mengalami penyimpangan, hal tersebut dikarenakan nilai pragmatik tidak berfungsi dengan baik. Yang artinya nilai pragmatik sangat erat hubungannya dengan psikologi seseorang. Jika nilai pragmatik dinilai dengan baik, maka kejiwaan seseorang terbangun dengan baik. Misalnya, ada sebuah keluarga dimana anaknya menyalahgunakan obat terlarang. Itu adalah buah kesalahan dari orangtua yaitu, kurang adanya komunikasi dengan anak. Proses komunikasi antar orangtua dengan anaknya yang menyimpang dapat digambarkan sebagai berikut :
DISTANCE CLAIM Dipertanyakan
ACCOUNT ditolak / dipertanyakan ditolak CLOSENESS CLAIM
Ditolak SCPAEGOATING ACCOUNT
DISTANCE CLAIM ditolak
Ditolak CLOSENESS CLAIM
Dst......dst
Keterangan : alur dimulai dari distance claim yang merupakan suatu pernyataan verbal atau gerakan fisik yang menunjukan posisi ssial seseorang secara rellatif dalam hubungannya dengan orang lain. Distance claim adalah sebuah posisi sosial dimana subyek menjauhi posisi orang lain. Closeness claim adalah kebalikan dari distance claim yaitu, posisi sosialnya mendekati obyek.
Account adalah pernyataan verbal yang menjelaskan adanya gangguan hubungan interpersonal karena perilaku yang tidak dikehendakinya. Pertanggunjawaban atas sebuah keadaan yang terjadi setelah proses pragmatik tidak berjalan lancar.
c. Bahasa dalam masyarakat
Bahasa yang beredar dalam masyarakat sangat beragam hal itu dikarenkan Indonesia memilki berbagai macam etnis, suku dan budaya. Setiap bahasa memiliki karakteristik masing-masing itu juga menunjukan kepribadian dari masyarakat tersebut. Misalnya saja bahasa dari masyarakat Jawa. Bahasa masyarakat Jawa memiliki tingkatan unggah-ungguh atau dalam bahasa Indonesia tingkatan santun. Bahasa Jawa memiliki tiga tingkatan ngoko, krama alus dan krama inggil. Ngoko untuk lawan tutur yang memiliki tingkatan umur setara dengan pelaku tutur, krama alus untuk lawan tutur yang memiliki jabatan yang lebih tinggi dan krama inggil digunakan untuk lawan tutur yang lebih tua umurnya. Dalam masyarakat Jawa juga berlaku sindiran yang secara tidak langsung, biasanya saat orangtua memperingati anaknya. Soalnya adalah mengapa justru sindiran mengancam muka positif. Keterangannya adalah sebagai berikut. Di dalam bahasa Jawa, misalnya, ungkapan (idiom) yang dipakai sebagai padanan menyindir (nyemoni) adalah nggutuh lor hena kidul (' mernukul utara kena selatan' ) . Secara harfiah, ungkapan ini berarti bahwa untuk memukul sesuatu yang berada di sebelah selatan, penutur harus "pergi" ke utara lebih dahulu. Karena ia harus ke utara lebih dahulu, jarak yang ditempuhnya menjadi lebih panjang. Di dalam kepustakaan sosiolinguistik, penjauhan jarak sosial seperti itu disebut distancing, dan fungsinya adalah untuk mengurangi solidaritas atau kearaban, seperti yang terjadi misalnya jika seorang gadis Jerman, yang selama ini menggunakan tu kepada pacarnya, tiba-tiba berubah menggunakan Sie. Pengurangan solidaritas di dalam hal ini bermakna bahwa penutur kurang menunjukkan kesatuan positif karena, menurut Brown dan Levinson, salah satu strategi untuk menjaga muka positif muka positif dengan menggunakan "any of the innumrrabLe ways to coney ingruup membership" (1978:112) (penekanan tambahan penelitian).
Yang dapat diinferensikan dari perbedaan-perbedaan keperingkatan itu adalah bahwa masalah kesantunan memanglah spesifik kebudayaan (culture specific), anggota suatu masyarakat kebudayaan tidak sebagai tolok ukurnya. Ada masyarakat kebudayaan yang terbiasa dengan direktif langsung atau sedikit tak langsung. Ada pula masyarakat yang mengartikan ketaklangsungan yang berlebihan itu sebagai sindiran dan karena itu tidak santun.
BAB III
PENUTUP
Tolak ukur mutu sebuah penelitian adalah kemaknawian yang mendukung kemaknawaian penelitian adalah bobotnya dan bobot diukur dari sumbangannya kepada ilmu yang dimilki oleh lawan tutur menggunakan teori yang ada, sehingga semua yang dipaparkan dapat disampaikan dengan baik. Dalam hal ini dibutuhkan ilmu pragmatik. Pragmatik bukan hanya ilmu terapan yang dipakai untuk meberi makna bahasa, tapi juga pragmatik dapat digunakan untuk berbgai macam hal.
Tulisan ini ditutup dengan sebuah saran agar orang-orang menggunakan ilmu pragmatik untuk segala hal karena ilmu pragmatik adalah pemantik dimana bahasa itu tercipta.
DAFTAR PUSTAKA
Kushartanti. 2009. Pesona Bahasa “langkah Awal Memahami Linguistik”.PT Gramedia Pustaka Utama : Jakarta
Schiffrin, Deborah. 2007. Ancangan Kajian Wacana. Pustaka Pelajar : Yogyakarta
Kaswanti Purwo, Bambang. 1994. PELLBA 7. Lembaga Bahasa UNIKA Atma Jaya : Jakarta.
tapi saya belajar banyak tentang sastra, tentang bahasa. dari belajar sendiri (otodidak)sampai karena saking tidak tahunya minta dengan tampang lagak Oon (yahh mungkin aslinya mungkin bloon)dijelasi sama si dy yang kadang tidak mau disebutkan namanya..... heE :-) maaf Mz,,
suatu ketika saya mendapat tawaran bagaimana kalau kamu aku mintai tolong buatkan makalah tentang penelitian pragmatik
dann
taraaa tarara..........
beginilah hasilnya
seorang masiswa PENDIDIKAN LUAR SEKOLAH yang mencoba Peruntungan di Bidang Bahasa.
maaf jikalau tidak bagus dan kurang baik. namanya saja baru belajar.
heE
PENERAPAN PRAGMATIK DALAM MASAYARAKAT
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Manusia dilahirkan di dalam dunia sosial di mana mereka harus bergaul dengan manusia lain yang di sekitarnya. Sejak awal hidupnya dia sudah bergaul sosial dengan terdekat, meskipun bentuk masih satu arah-orang tua berbicara, dan bayi hanya mendengarnya saja. Dalam perkembangan hidup selanjutnya, dia mulai memperoleh bahasa setapak demi setapak. Pada saat yang sama, dia juga sudah dibawa ke dalam kehidupan sosial di mana terdapat rambu-rambu perilaku kehidupan. Rambu-rambu ini diperlukan karena meskipun manusia itu dilahirkan bebas, tetap saja dia harus hidup bermasyarakat. Ini berarti bahwa dia harus pula menguasai norma-norma sosial budaya yang berlaku dalam masyarakat tersebut. Sebagian dari norma-norma ini tertanam dalam bahasa sehinngga kempetensi anak tidak hanya terbatas pada apa yang dinamakan pemakaian bahasa (language usage) tetapi juga penggunaan bahasa (language use). Dengan kata lain, anak harus pula menguasai kemampuan pragmatik.
Suatu informasi pada dasarnya mensyaratkan kecukupan (sufficient) dalam struktur internal informasi itu sendiri sehingga orang yang diajak komunikasi dapat memahami pesan dengan tepat. Persoalan akan muncul, bagaimana jika informasi itu hanya dapat dipahami dari konteksnya. Deiksis adalah istilah yang digunakan untuk menunjukkan keniscayaan hadirnya acuan ini dalam suatu informasi. Menariknya, meski deiksis ini erat kaitannya dengan konteks berbahasa, namun tidak masuk dalam kajian pragmatik karena sifatnya yang teramat penting dalam memahami makna semantik. Dengan kata lain deiksis merupakan ikhtiar pragmatik untuk memahami makna semantik.
Dalam komunikasi, satu maksud atau satu fungsi dapat diungkapkan dengan berbagai bentuk/struktur. Untuk maksud “menyuruh” orang lain, penutur dapat mengungkapkannya dengan kalimat imperatif, kalimat deklaratif, atau bahkan dengan kalimat interogatif. Dengan demikian, pragmatik lebih cenderung ke fungsionalisme daripada ke formalisme. Pragmatik berbeda dengan semantik dalam hal pragmatik mengkaji maksud ujaran dengan satuan analisisnya berupa tindak tutur (speech act), sedangkan semantik menelaah makna satuan lingual (kata atau kalimat) dengan satuan analisisnya berupa arti atau makna.
Kajian pragmatik lebih menitikberatkan pada ilokusi dan perlokusi daripada lokusi sebab di dalam ilokusi terdapat daya ujaran (maksud dan fungsi tuturan), perlokusi berarti terjadi tindakan sebagai akibat dari daya ujaran tersebut. Sementara itu, di dalam lokusi belum terlihat adanya fungsi ujaran, yang ada barulah makna kata/kalimat yang diujarkan. Berbagai tindak tutur (TT) yang terjadi di masyarakat, baik TT representatif, direktif, ekspresif, komisif, dan deklaratif, TT langsung dan tidak langsung, maupun TT harafiah dan tidak harafiah, atau kombinasi dari dua/lebih TT tersebut, merupakan bahan sekaligus fenomena yang sangat menarik untuk dikaji secara pragmatis
B. Rumusan masalah
1. Apa pengertian pragmatik itu?
2. Apa fungsi dari pragmatik?
3. Bagaimana penerapan pragmatik dalam masyarakat sosial?
C. Tujuan Penulisan
Berdasarkan latar belakang serta rumusan masalah di atas tujuan yang diharapkan yaitu, dapat mengetahui apa itu pragmatik, bagaiman funsi serta penerapannya dalam masyarakat sosial.
D. Manfaat Penulisan
Bagi mahasiswa jurusan Sastra Indonesia,
1. Makalah ini dapat digunakan sebagai referensi atau bahan penunjang kegiatan perkulliahan.
2. Makalah ini dapat mambantu kesulitan mahasiswa dalam menemukan referensi yang tepat mengenai kajian Pragmatik.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Kajian Teori
Penelitian ini disebut sebagai penelitian sosiopragmatik karena yang dikaji adalah penggunaan bahasa (language use, bukan language usage) di dalam sebuah masyarakat budaya di dalam situasi sosial tertentu. Seperti yang dikatakan Leech ( 1983: ( dalam Deborah 332-333)), sosiopragmatik itu adalah satu dari dua sisi pragmatik, yang sisi lainnya adalah pragmalinguistik. Yang pertama itu berhubungan dengan sosiologi dan yang kedua (pragmalinguistik) berhubungan dengan tata bahasa (grammar), dengan c^tatan bahwa pengertian grammar di sini adalah seperti yang dipakai di dalam paradigma
linguistik generatif transformasional (yaitu, meliputi fonologi dan semantic juga), bukan seperti yang dipakai di dalam paradigma linguistik struktural (yaitu, terbatas pada morfologi dan sintaksis saja).
Istilah "pragmatik" sendiri, sebagai bidang kajian di dalam ilmu linguistik, diberi batasan yang berbeda-beda oleh pakar-pakar linguistik. Namun, dari batasan-batasan yang berbeda-beda itu dapat ditelusuri adanya dua tradisi pragmatik, yaitu tradisi Anglo-Amerika dan tradisi kontinental (Levinson 1983:5). Yang pertama itu lebih terbatas dan lebih erat kaitannya dengan apa yang secara tradisional menjadi bidang kajian linguistik seperti struktur kalimat dan tata bahasa. Yang kontinental itu lebih luas dan meliputi analisis wacana, etnografi komunikasi, beberapa aspek psikolinguistik dan bahkan kajian tentang kata sapaan (Fasold 1984:119). Bagaimana pun, salah satu batasan pragmatik yang berterima oleh para pengikut kedua tradisi itu adalah bahwa bidang ini adalah bidang di dalam linguistic yang mengkaji maksud ujaran, bukan makna kalimat yang diujarkan itu. Makna kalimat dikaji di dalam semantik, sedangkan maksud atau daya (force) ujaran dikaji di dalam pragmatik. Sebagai contoh, bahwa kalimat Saudara daftar berbahasa Belanda? bermakna penanya ingin tahu apakah yang ditanya itu mempunyai kemampuan berbahasa Belanda, ini adalah bidang semantik. Bahwa ujaran "Saudara dapat berbahasa Bela'nda?" itu dimaksudkan oleh si penanya sebagai permintaan untuk menerjemahkan sebuah kata bahasa Belanda, misalnya, ini adalah bidang pragmatik.
Pragmatik antara lain memang mempelajari maksud ujaran atau daya (force) ujaran. Kita juga dapat mengatakan bahwa pragmatic juga mempelajari fungsi ujaran: untuk apa suatu ujaran dibuat atau dilakukan. Atau dasar ini dapat kita katakan bahwa pragmatik itu termasuk ke dalam fungsionalisme di dalam linguisik. Seperti yang disebutkan sebelumnya, satuan analisisnya bukanlah kalimat (karena kalimat adalah satuan tata bahasa), melainkan tindak ujaran atau tindak tutur (speech act). Sebagaimana tindak ujaran bukan kalimat, ia juga tidak persis sama dengan ujaran. Dengan satu ujaran' "Saya haus" misalnya, sebenarnya kita melakukan dua tindak ujaran, yaitu memberitahu dan meminta.
Di dalam hal ini kita tidak memasalahkan maksud atau fungsi ujaran yang merupakan perpanjangan atau perluasan dari makna harfiah itu.Jadi, kalau dengan mengujarkan '"Saya haus" seseorang mengartikan "saya" sebagai orang pertama tunggal (yaitu si penutur), dan "haus" sebagai mengacu ke "tenggorokan kering dan perlu dibasahi", tanpa bermaksud untuk minta minum, misalnya, orang ini dikatakan melakukan lokusi. Mungkin saja orang itu sekadar mengujarkan sebuah baris dari sebuah puisi atau nyanyian. Sekadar tambahan, jika seandainya orang itu mengatakan "Haya saus", misalnya, ia tidak dapat dikatakan melakukan lokusi (setidak-tidaknya di dalam bahasa Indonesia) karena yang ia katakan itu tidak bermakna. Yang kedua, tindak ilokusioner atau ilokusi, adalah tindak melakukan sesuatu. Di sini kita berbicara tentang maksud, fungsi atau daya ujaran yang bersangkutan, dan bertanya "Untuk apa ujaran itu dilakukan?"Jadi, "Saya haus" yang dimaksudkan untuk minta minum adalah sebuah tindak ilokusioner (atau ilokusi). Yang ketiga, tindak perlokusioner atau perlokusi, menurut Austin mengacu ke efek yang dihasilkan penutur dengan mengatakan sesuatu.
Di sinilah ketakjelasan rumusan Austin itu. Lokusi dan ilokusi dikatakan sebagai tindak (act), sedangkan perlokusi dikatakan sebagai efek. Jika dikatakan bahwa perlokusi adalah tindak melakukan sesuatu dengan mengatakan sesuatu (Leech 1983:199), ini pun agak rancu dengan batasan ilokusi di atas karena bedanya hanyalah terletak pada dalam mengatakan sesuatu dan dengan mengatakan sesuatu. Sekadar untuk membedakan kedua jenis tindak tutur ini, ada kata-kata kerja yang menunjukkan bahwa tindak tuturnya dalah ilokusi (misalnya melaporkan, mengumumkan, bertanya, menyarankan, berterima kasih dan sebagainya) dan ada verba yang menunjukkan bahwa tindak ujarannya adalah perlokusi (misalnya membujuk, menipi, membuat jengkel, menakut-nakuti dan sebagainya). Masalahnya adalah bahwa ada verba yang tidak menunjukkan dengan jelas apakah tindak ujarannya: ilokusi ataukah perlokusi. Ujaran "Saya haus" di atas, misalnya dapat juga berfungsi sebagai perlokusi.jika diucapkan oleh penculik anak, misalnya, untuk untuk menakut-nakuti anak kecil yang diculik setelah sebelumnya diberitahu bahwa jika dan bila haus, si penculik itu selalu minum darah. Satu petunjuk bahwa tindak ujaran itu adalah perlokusi ialah adanya efek dari tindak ujaran itu, yaitu bahwa di anak menjadi takut. Barangkali jika dikatakan bahwa perlokusi adalah tindak tutur yang dilakukan si penutur untuk menimbulkan efek (di benak interlokutor) dengan mengatakan sesuatu, pengertian perlokusi lebih mudah dibedakan dari pengertian ilokusi.
Yang penting disebutkan sehubungan dengan pengertian tindak ujaran atau tindak tutur itu adalah bahwa ujaran (entah berapa jumlahnya) dapat dikategorikan, seperti yang diutarakan oleh Searle (1975), menjadi lima jenis:
(1) respresentatif (kadang-kadang disebut asertif), yaitu tindak tutur yang mengikat penuturnya kepada kebenaran atas apa yang dikatakannya (misalnya: menyatakan, melaporkan, menunjukkan, menyebutkan);
(2) Direktif, yaitu tindak ujaran yang dilakukan penuturnya dengan maksud agar si pendengar melakukan tindakan yang disebutkan di dalam ujaran itu (misalnya: men)'uruh, memohon, menuntut, menyarankan, menantang)
(3) ekspresif, yaitu tindak ujaran yang dilakukan dengan maksud agar ujarannya diartikan sebagai evaluasi tentang hal yang disebutkan di dalam ujaran itu (misalnya: memuji, mengucapkan terima kasih, mengkritik, mengeluh) ;
(4) komisif, yaitu tindak ujaran yang mengikat penuturnya untuk melaksanakan apa yang disebutkan di dalam ujarannya (misalnya: berjanji, bersumpah, mengancam); dan
(5) deklarasi (bukan deklaratif), yaitu tindak ujaran yang dilakukan si penutur dengan maksud untuk menciptakan hal (status, keadaan, dan sebagainya) yangbaru (misalnya: memutuskan, membatalkan, melarang, mengizinkan, memberi maaf).
B. Pembahasan
1. Pengertian Pragmatik
Pragmatik adalah ancangan wacana yang menguraiakan tiga konsep (makna, konteks, dan komunikasi) yang sangat luas dan rumit. (Deborah S, 2007 : 268 ). Tidak heran bahwa lingkup pragmatik yang begitu liuas, sehingga pragmatik mengahadapi banyak dilema yang serupa dengan yang dihadapi oleh analisis wacana. Istilah pragmatik pertama-tama digunakan oleh filosof kenamaan Charles Morris (1938: (dalam Deborah 2007: 269)). Filosof ini memang mempunyai perhatian besar terhadap ilmu yang mempelajari system tanda (semiotik). Dalam semiotik ini, dia membedakan tiga konsep dasar yaitu sintaktik, semantik, dan pragmatik. Sintaktik mempelajari hubungan formal antara tanda-tanda. Semantik mempelajari hubungan antara tanda dengan objek. Pragmatik mengkaji hubungan antara tanda dengan penafsir (interpreters). Tanda-tanda yang dimaksud di sini adalah tanda-tanda bahasa bukan yang lain. Berbeda dengan Charles Morris, Carnap (1938) seseorang filosof dan ahli logika menjelaskan bahwa pragmatik mempelajari konsep-konsep abstrak tertentu yang menunjukkan pada agents. Dengan perkataan lain, pragmatic mempelajari hubungan konsep yang merupakan tanda dengan pemakai tanda tersebut. Selanjutnya, ahli lainkan Montague mengatakan bahwa pragmatic adalah Studi yang mempelajari idexical atau deictic. Dalam pegertian yang terakhir ini, pragmatic berkaitan dengan teori rujukan/deiksis, yaitu pemakaian bahasa yang menunjuk pada rujukan tertentu menurut pemakainya.
Levinson (1983) dalam bukunya yang berjudul Pragmatics, memberikan beberapa batasan tentang pragmatik. Beberapa batasan yang dikemukakan Levinson antara lain mengatakan bahwa pragmatik adalah kajian hubungan antara bahasa dan konteks yang mendasari penjelasan pengertian bahasa. Dalam batasan ini berarti untuk memahami pemakaian bahasa kita dituntut memahami pula konteks yang mewadahi pemakaian bahasa tersebut. Batasan lain yang dikemukakan Levinson mengatakan bahwa pragmatik adalah kajian tentang kemampuan pemakai bahasa untuk mengaitkan kalimat-kalimat dengan konteks yang sesuai bagi kalimat-kalimat itu.
Pragmatik berhubungan dengan pemahaman terhadap hal-hal di luar bahasa (Kushartanti 2009 : 105). Di dalam suatu interaksi verbal akan menjadi janggal jika pembicara dan lawan bicara tidak mengungkapkan hal yang selaras atau sesuai konteks.
2. Fungsi Pragmatik
Fungsi dari pragmatik adalah memahami hal-hal di luar bahasa yaitu membantu kita dalam mengamati bahasa untuk memahami posisi sosial. Namun, hal-hal yang dibicarakan tersebut berhubungan dengan hal-hal di dalam bahasa. Pragmatik juga berkaitan erat dengan makna. Pragmatik dapat membantu memecahkan problem interpretasi tuturan yang bergantung pada penilaian kontribusi dari berbagi jenis konteks untuk penginterpretasian tersebut. Pragmatik juga berfungsi untuk mengaitkan kalimat-kalimat dengan konteks yang sesuai sehingga kalimat-¬kalimat tersebut dapat dimaknai. Pragmatik mengkaji makna ujaran yang terkomunikasikan atau dikomunikasikan.
3. Penerapan Pragmatik dalam masyarakat sosial
Dari fungsi pragmatik sendiri dapat kita tarik simpulan bahwa ilmu pragmatik
adalah sebuah terapan untuk memaknai suatu hal secara harfiah. Pragmatik dimaksudkan menjadi sebuah sarana tak tertulis untuk berkomunikasi dalam masayarakat sosial. Hal tersebut ditujukan agar masyarakat lebih memahami tentang apa yang dipaparkan oleh pelaku tutur kepada lawan tutur. Ada banyak hal yang berkaitan dengan penelitian pragmatik diantaranya, iklan (sebagai penelitian tertulis), bahasa dalam keluarga dan bahasa yang digunakan oleh masyarakat.
Contoh : a. . iklan di lepi tugas mamaz
b. menganalisis percakapan dalam keluarga
Dalam sebuah keluarga yang memiliki komunikasi yang kurang ternyata membuat anak mengalami penyimpangan, hal tersebut dikarenakan nilai pragmatik tidak berfungsi dengan baik. Yang artinya nilai pragmatik sangat erat hubungannya dengan psikologi seseorang. Jika nilai pragmatik dinilai dengan baik, maka kejiwaan seseorang terbangun dengan baik. Misalnya, ada sebuah keluarga dimana anaknya menyalahgunakan obat terlarang. Itu adalah buah kesalahan dari orangtua yaitu, kurang adanya komunikasi dengan anak. Proses komunikasi antar orangtua dengan anaknya yang menyimpang dapat digambarkan sebagai berikut :
DISTANCE CLAIM Dipertanyakan
ACCOUNT ditolak / dipertanyakan ditolak CLOSENESS CLAIM
Ditolak SCPAEGOATING ACCOUNT
DISTANCE CLAIM ditolak
Ditolak CLOSENESS CLAIM
Dst......dst
Keterangan : alur dimulai dari distance claim yang merupakan suatu pernyataan verbal atau gerakan fisik yang menunjukan posisi ssial seseorang secara rellatif dalam hubungannya dengan orang lain. Distance claim adalah sebuah posisi sosial dimana subyek menjauhi posisi orang lain. Closeness claim adalah kebalikan dari distance claim yaitu, posisi sosialnya mendekati obyek.
Account adalah pernyataan verbal yang menjelaskan adanya gangguan hubungan interpersonal karena perilaku yang tidak dikehendakinya. Pertanggunjawaban atas sebuah keadaan yang terjadi setelah proses pragmatik tidak berjalan lancar.
c. Bahasa dalam masyarakat
Bahasa yang beredar dalam masyarakat sangat beragam hal itu dikarenkan Indonesia memilki berbagai macam etnis, suku dan budaya. Setiap bahasa memiliki karakteristik masing-masing itu juga menunjukan kepribadian dari masyarakat tersebut. Misalnya saja bahasa dari masyarakat Jawa. Bahasa masyarakat Jawa memiliki tingkatan unggah-ungguh atau dalam bahasa Indonesia tingkatan santun. Bahasa Jawa memiliki tiga tingkatan ngoko, krama alus dan krama inggil. Ngoko untuk lawan tutur yang memiliki tingkatan umur setara dengan pelaku tutur, krama alus untuk lawan tutur yang memiliki jabatan yang lebih tinggi dan krama inggil digunakan untuk lawan tutur yang lebih tua umurnya. Dalam masyarakat Jawa juga berlaku sindiran yang secara tidak langsung, biasanya saat orangtua memperingati anaknya. Soalnya adalah mengapa justru sindiran mengancam muka positif. Keterangannya adalah sebagai berikut. Di dalam bahasa Jawa, misalnya, ungkapan (idiom) yang dipakai sebagai padanan menyindir (nyemoni) adalah nggutuh lor hena kidul (' mernukul utara kena selatan' ) . Secara harfiah, ungkapan ini berarti bahwa untuk memukul sesuatu yang berada di sebelah selatan, penutur harus "pergi" ke utara lebih dahulu. Karena ia harus ke utara lebih dahulu, jarak yang ditempuhnya menjadi lebih panjang. Di dalam kepustakaan sosiolinguistik, penjauhan jarak sosial seperti itu disebut distancing, dan fungsinya adalah untuk mengurangi solidaritas atau kearaban, seperti yang terjadi misalnya jika seorang gadis Jerman, yang selama ini menggunakan tu kepada pacarnya, tiba-tiba berubah menggunakan Sie. Pengurangan solidaritas di dalam hal ini bermakna bahwa penutur kurang menunjukkan kesatuan positif karena, menurut Brown dan Levinson, salah satu strategi untuk menjaga muka positif muka positif dengan menggunakan "any of the innumrrabLe ways to coney ingruup membership" (1978:112) (penekanan tambahan penelitian).
Yang dapat diinferensikan dari perbedaan-perbedaan keperingkatan itu adalah bahwa masalah kesantunan memanglah spesifik kebudayaan (culture specific), anggota suatu masyarakat kebudayaan tidak sebagai tolok ukurnya. Ada masyarakat kebudayaan yang terbiasa dengan direktif langsung atau sedikit tak langsung. Ada pula masyarakat yang mengartikan ketaklangsungan yang berlebihan itu sebagai sindiran dan karena itu tidak santun.
BAB III
PENUTUP
Tolak ukur mutu sebuah penelitian adalah kemaknawian yang mendukung kemaknawaian penelitian adalah bobotnya dan bobot diukur dari sumbangannya kepada ilmu yang dimilki oleh lawan tutur menggunakan teori yang ada, sehingga semua yang dipaparkan dapat disampaikan dengan baik. Dalam hal ini dibutuhkan ilmu pragmatik. Pragmatik bukan hanya ilmu terapan yang dipakai untuk meberi makna bahasa, tapi juga pragmatik dapat digunakan untuk berbgai macam hal.
Tulisan ini ditutup dengan sebuah saran agar orang-orang menggunakan ilmu pragmatik untuk segala hal karena ilmu pragmatik adalah pemantik dimana bahasa itu tercipta.
DAFTAR PUSTAKA
Kushartanti. 2009. Pesona Bahasa “langkah Awal Memahami Linguistik”.PT Gramedia Pustaka Utama : Jakarta
Schiffrin, Deborah. 2007. Ancangan Kajian Wacana. Pustaka Pelajar : Yogyakarta
Kaswanti Purwo, Bambang. 1994. PELLBA 7. Lembaga Bahasa UNIKA Atma Jaya : Jakarta.
Sabtu, 11 Juni 2011
Hakikat Cinta
hanya ingin sedikit bertutur.....tak mampu berucap lewat kata hanya lewat sebuah lagu
by Ungu
tak mampu berucapKau berikan untukku satu alasan
untuk ku tetap disini
Senyumanmu membunuh hatiku
Menyadarkan jiwaku
Kutak sendiri
Memeluk batinku yang kadang sepi
Kau keindahan yang datang untukku
Kau bisikan untuk ku
Seuntai kata tak terangkai begitu merdu
Menyejukkan jasad ku yang hangat
Saat tubuhku merasa hilangkan batin
Saat hati tak tau kemana lagi
Kau keindahan yg nyata untuk ku
Hingga waktu kan menutup mataku
Kau bisiskan untuk ku
Karena kau buktikan untukku satu kisah tentang kita yang teramat indah
Tuk terlupa
Sempurna bukan milik kita
Namun kau selalu ada untuk ku
Lengkapi hidupku dengan indah
Hakikat tuk mencinta tak pernah
Memutari kenyataan bahwa kita tak saling tertawa
Berasama berdua
Tanpa airmata
Menghiasi hidupmu dan hidupku
Bukankah cinta datang karena kita berdua
Jalani hari lengkapi hati
Dengan senyum dan tangis bersama
by Ungu
tak mampu berucapKau berikan untukku satu alasan
untuk ku tetap disini
Senyumanmu membunuh hatiku
Menyadarkan jiwaku
Kutak sendiri
Memeluk batinku yang kadang sepi
Kau keindahan yang datang untukku
Kau bisikan untuk ku
Seuntai kata tak terangkai begitu merdu
Menyejukkan jasad ku yang hangat
Saat tubuhku merasa hilangkan batin
Saat hati tak tau kemana lagi
Kau keindahan yg nyata untuk ku
Hingga waktu kan menutup mataku
Kau bisiskan untuk ku
Karena kau buktikan untukku satu kisah tentang kita yang teramat indah
Tuk terlupa
Sempurna bukan milik kita
Namun kau selalu ada untuk ku
Lengkapi hidupku dengan indah
Hakikat tuk mencinta tak pernah
Memutari kenyataan bahwa kita tak saling tertawa
Berasama berdua
Tanpa airmata
Menghiasi hidupmu dan hidupku
Bukankah cinta datang karena kita berdua
Jalani hari lengkapi hati
Dengan senyum dan tangis bersama
Menerima Perubahan Dengan Senyuman
saya mengambil kata-kata ini dari slah satu blog sahabat terkasih saya yang saat ini telah ia amanhkan pada saya untuk mengurusnya
nasalcinta.com
Cepat atau lambat Anda akan menemukan peristiwa dalam hidup Anda, dan bagaimana Anda memenuhi kebutuhan itu menentukan kebahagiaan dan kesuksesanmasa depan Anda.
Sejak dimulainya waktu, setiap orang telah dipanggil untuk memenuhi krisis seperti itu.
Sebuah melihat lebih dekat akan menunjukkan bahwa sebagian besar "situasi krisis"adalah kesempatan untuk memajukan salah satu atau tinggal di mana Anda berada.
Memang perubahan yang paling dalam kehidupan Anda akan berlangsung keluar dari "inspirasi" atau "putus asa."
Apapun datang dengan cara Anda, memberi makna dan mengubahnya menjadi sesuatu yang bernilai.
Pertumbuhan pribadi Anda adalah proses merespon positif terhadap perubahan.
Sebuah batu mulia tidak dapat dipoles tanpa gesekan, atau tak mungkin kemanusiaan disempurnakan tanpa cobaan
Jadi terimalah cobaan dengan ikhlas dan selalu hadapi cobaan tersebut dengan senyuman.
Akan sangat susah tapi itulah sebuah nilai tambah untuk membentuk sebuah kepribadian yang lebih baik
nasalcinta.com
Cepat atau lambat Anda akan menemukan peristiwa dalam hidup Anda, dan bagaimana Anda memenuhi kebutuhan itu menentukan kebahagiaan dan kesuksesanmasa depan Anda.
Sejak dimulainya waktu, setiap orang telah dipanggil untuk memenuhi krisis seperti itu.
Sebuah melihat lebih dekat akan menunjukkan bahwa sebagian besar "situasi krisis"adalah kesempatan untuk memajukan salah satu atau tinggal di mana Anda berada.
Memang perubahan yang paling dalam kehidupan Anda akan berlangsung keluar dari "inspirasi" atau "putus asa."
Apapun datang dengan cara Anda, memberi makna dan mengubahnya menjadi sesuatu yang bernilai.
Pertumbuhan pribadi Anda adalah proses merespon positif terhadap perubahan.
Sebuah batu mulia tidak dapat dipoles tanpa gesekan, atau tak mungkin kemanusiaan disempurnakan tanpa cobaan
Jadi terimalah cobaan dengan ikhlas dan selalu hadapi cobaan tersebut dengan senyuman.
Akan sangat susah tapi itulah sebuah nilai tambah untuk membentuk sebuah kepribadian yang lebih baik
Langganan:
Postingan (Atom)